Menciptakan “Margin Kehidupan” Untuk Hidup yang Lebih Baik

Menurut KBBI, margin diartikan sebagai tepi atau batas.

 

Dalam pembuatan makalah dan skripsi, margin berfungsi sebagai jarak antara tulisan dengan tepi halaman kertas. Bagaimana arti margin jika diaplikasikan ke dalam konteks kehidupan?

 

“Membuat margin dalam kehidupan memampukan kamu untuk menciptakan ruang kosong dan waktu bagi hal yang penting dalam hidup”

 

Margin dalam kehidupan adalah tentang membuat jarak atau memisahkan antara kesibukan harian saat sedang kejar mimpi dengan hal-hal yang lebih substansial seperti kesehatan, keluarga dan kebahagiaan diri sendiri.

 

Singkatnya, margin dalam kehidupan adalah tentang menciptakan ruang bagi hal yang penting.

Kita semua sepakat bahwa kita tidak bisa menambahkan 24 jam waktu yang diberikan oleh Tuhan dalam satu hari. Namun kita semua sepakat bahwa kita mampu menciptakan ruang untuk semua hal yang kita rasa penting. Kenapa? Karena pada dasarnya tidak ada istilah “tidak ada waktu”. We will make space and time for things that matter and important in our life.

 

 

Stop the busy brag!

 

Dulu… kalender saya selalu terlihat seperti ini. Penuh dengan kegiatan dari pagi sampai malam. Bahkan akhir pekan pun diisi dengan kegiatan.

Dulu… saya pikir menjadi sibuk adalah jalan satu-satunya menuju sukses dan bisa cepat mencapai mimpi. Setiap ada teman yang tanya kabar, jawaban pertama saya adalah “Lagi sibuk, nih!”

 

Seringnya saya memberikan jawaban seperti itu membuat saya sadar kenapa kata sibuk menjadi sangat didewakan oleh manusia zaman sekarang. Berangkat dari rasa penasaran ini, saya akhirnya melakukan eksperimen sosial sederhana dan mengajukan pertanyaan “Apa kabar?” ke beberapa teman dan rekan dari berbagai usia, bidang karir, latar belakang sosial ekonomi, geografi dan perspektif.

 

Hampir semua menjawab mereka sedang sibuk dengan beragam variasi tentang betapa sibuknya mereka. Hampir semua mengekspresikan kesibukan mereka dengan ekspresi frustasi dan mengeluhkan bahwa mereka tidak bisa melakukan hobi, hang out dan hal menyenangkan lain.

 

Saya juga memperhatikan perjalanan media sosial teman-teman yang saya jadikan objek eksperimen. Hampir semua mendokumentasikan kesibukan mereka ketika sedang meeting, siap-siap kerja dan keseharian mereka secara keseluruhan lewat Instagram Story. Mereka menunjukkan betapa sibuknya mereka.

 

Apa yang bisa saya simpulkan dari eksperimen sosial sederhana ini?

 

1. Menjadi sibuk dan tidak punya waktu adalah pilihan.

 

Semua hal yang dilakukan dalam hidup ini berdasarkan pada pilihan. Memilih untuk menjadi sibuk dan tidak menciptakan ruang untuk hal-hal lain adalah pilihan. Kalau begitu, kenapa pilihan untuk jadi sibuk membuat kita frustasi dan stres? Kenapa sering kali ketika kita terlalu sibuk, kita menyalahkan keadaan dan situasi? Busyness is man-made. Us, human, created that.

  

2. Menjadi sibuk tidak membuat kamu terlihat lebih penting

 

Di era teknologi serba cepat ini, kita menjadi generasi yang selalu bergegas sampai sesak napas. Banyak yang melihat sibuk sebagai “badge of honor” dan percaya bahwa terlihat sibuk membuat mereka menjadi lebih penting dibandingkan orang-orang yang kurang sibuk. Trust me, that is a wrong theory!

 

Sebagai mantan pecandu kerja, saya belajar bahwa menjadi sibuk bukan berarti kamu sukses. Ada perbedaan yang sangat signifikan antara sibuk dan produktif. Being busy will lead you to a stressful life, whilst being productive will lead you to a meaningful life.

 

Saya juga belajar bahwa citra “sibuk” yang melekat di diri saya, seringkali membuat orang melihat saya tidak punya waktu untuk diri sendiri atau kehidupan sosial secara keseluruhan. Bukannya dianggap penting, malah akhirnya saya dikasihani :(

 

 

3. You can’t be too busy!

 

Data dari We Are Social menyebutkan bahwa rata-rata masyarakat di Indonesia menghabiskan waktu di Internet selama 7 jam 59 menit; yang dimanfaatkan untuk konsumsi konten di media sosial (3 jam 26 menit), menonton (3 jam 4 menit), streaming musik (1 jam 30 menit) dan main game (1 jam 23 menit).

 

Bayangkan kalau total waktu itu kita lakukan untuk menciptakan ruang untuk istirahat, ngobrol sama orang tua, olahraga, ketemu teman atau melakukan kegiatan lain yang bisa meningkatkan soft skill atau hard skill.


Next time kamu bilang kamu tidak punya waktu, coba deh dipikir-pikir lagi :)

 

 

Ciptakan “ruang kosong” dalam jadwal harian untuk membantu menjaga kesehatan mental

 

Membuat margin dalam kehidupan juga berarti membuat ruang kosong di antara kesibukan harian kamu, yang kamu manfaatkan untuk melakukan apapun untuk membuat kamu lebih termotivasi dalam melanjutkan aktivitas dan tetap on-track.

 

Margin is your breathing room.

 

Semua orang butuh ruang sendiri untuk berkontemplasi atau sekadar bernapas tanpa berpikir apa-apa. We need to recharge yourself. Bagaimanapun juga kita manusia, bukan robot.

 

Menjadi sukses tidak hanya didukung oleh kerja keras, tapi juga mental yang sehat, yang mencakup kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial kita. Kesehatan mental mempengaruhi cara kita berpikir, merasakan dan bertindak sehingga kita bisa menangani stres, berhubungan baik dengan orang lain dan bisa membuat pilihan.

 

Bagaimana mental bisa sehat kalau kamu tidak punya ruang untuk bernapas dan waktu untuk istirahat serta berpikir jernih?

 

 

Yuk, jangan selalu bergegas.

 

Say goodbye to stress, burn-out and frustration. Lakukan beberapa hal di bawah ini untuk belajar membuat ruang dalam kehidupan, lebih slow down dan kembali menemukan arti dari hidup yang kamu inginkan.

 

Tip 1: Buat jeda 20 menit di antara aktivitas

 

Ada hari-hari dimana kita tidak bisa menghindari jadwal yang padat.

 

Coba luangkan 20 menit di antara jadwal kamu untuk jeda istirahat. Selain bisa istirahat dan napas, 20 menit tersebut bisa kamu manfaatkan dalam mempersiapkan diri untuk jadwal selanjutnya.

 

Walaupun kamu tidak terlalu butuh ruang untuk bernapas, quick break is always welcome :)

 

Tip 2: Buat rutinitas di pagi hari dan jangan masukkan terlalu banyak jadwal dalam satu hari

 

Pakar self-care banyak yang bilang bahwa mood kamu dalam satu hari tergantung dengan bagaimana kamu memulai hari. Hidup yang terlalu sibuk akan membuat kamu tidur lebih larut, bangun kesiangan untuk kemudian terburu-buru pergi kerja, terjebak macet, bad mood dan rentetan kesialan lainnya.

 

Jangan masukkan terlalu banyak jadwal sehingga kamu bisa mulai tidur lebih cepat dan bangun lebih awal. Banyak hal yang bisa kamu lakukan di pagi hari seperti membuat sarapan, olahraga, meditasi, atau baca buku. Memulai hari dengan tenang bisa merubah mode kamu dari terburu-buru menjadi lebih tertata.

 

Tip 3: Jangan buat lebih dari 6 prioritas per hari

 

Saya sangat suka membuat to-do list dan buku catatan saya penuh dengan to-do list harian seperti gambar di bawah ini:

Bisa dilihat jika saya tidak bisa menyelesaikan daftar pekerjaan yang saya buat. Akhirnya yang saya dapatkan adalah perasaan gagal karena tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Saya makin stres dan jadi hilang motivasi.

 

Setelah bertahun-tahun ada di dalam siklus seperti ini dan terus menerus merasa burn-out dengan banyaknya pekerjaan yang harus saya selesaikan, saya berdamai dengan keadaan bahwa saya bukan superhero yang energinya tidak habis-habis.

 

Daftar ambisi harian pun saya kurangi, dan ….. surprise surprise! Saya lebih produktif, lebih banyak yang bisa saya selesaikan dan tentunya lebih bahagia hehe.

 

Kok bisa sih?

 

Berdasarkan pengalaman saya, waktu produktif dalam bekerja hanya 6 jam dalam satu hari. Maksud dari “bekerja” adalah benar-benar melakukan atau menyelesaikan pekerjaan, bukan rapat atau diskusi dengan rekan kerja. Kalau dalam hari tersebut ada rapat, bisa jadi waktu efektif bekerja hanya 4 jam.

 

Oleh karena itu, adalah mustahil memasukkan lebih dari 6 prioritas pekerjaan dalam satu hari. Ilustrasinya sebagai berikut:

Dengan memfokuskan hanya 6 prioritas dalam 1 hari, saya jadi tidak merasa stres, bisa pulang lebih cepat, mulai kerja lebih pagi dan menyelesaikan pekerjaan lebih happy.

 

Tip 4: Do not stress things you can’t control.

 

Kamu punya rencana hidup lebih sehat dan mulai berolahraga, tapi kemudian banyak rapat yang dijadwalkan di pagi hari dan kamu tidak punya banyak waktu untuk berolahraga sebelum bekerja.

 

Atau … kamu punya rencana untuk bisa masak dan makan malam di rumah, tapi kemudian tugas dan pekerjaan kamu menumpuk dan kamu harus pulang larut.

 

Life hits hard, yes I know. Unexpected things happened in life and there is nothing we could do about it.

 

Saya banyak mengalami kejadian-kejadian di luar rencana yang saya tidak punya kontrol terhadap hal itu. Saya yang dulu akan sangat stres menghadapi hal-hal yang membuat rencana saya berantakan, tapi apakah dengan saya stres kemudian saya bisa merubah kondisi? Tentu saja tidak :’)

 

Alih-alih bereaksi terhadap kehidupan, karena selalu akan muncul hal tidak terduga, mulailah hidup secara proaktif. Take control of your stress and plan for that.

 

Kalau kemungkinan tidak bisa berolahraga di pagi hari, kamu bisa bawa pakaian olahraga ke kantor atau kampus dan berolahraga di malam hari. Kalau kemungkinan tidak bisa masak dan makan malam di rumah, kamu bisa menggantinya dengan membuat masak di pagi hari untuk makan siang.

 

Dengan hidup lebih proaktif dibanding reaktif, kamu jadi punya ruang untuk berpikir lebih positif.

 

Tip 5: Matikan notifikasi handphone

 

Sadar atau tidak, kesulitan diri dalam membuat ruang untuk bernapas dan meluangkan waktu untuk diri sendiri adalah karena distraksi dari handphone dan segala macam notifikasi yang bermunculan.

 

Perhatian kita gampang teralihkan dari hal-hal kecil di sekeliling kita, mulai dari suara orang ngobrol, bunyi telfon dan yang paling sering jadi distraksi di era digital sekarang adalah notifikasi.

 

Notifikasi handphone itu ibarat candu yang selalu menarik kita untuk membuka handphone dan membaca isinya. Dampaknya adalah pekerjaan jadi tertunda dan waktu jeda tidak dimanfaatkan untuk mengistirahatkan otak tapi malah mengonsumsi konten di media sosial.

 

Mematikan notifikasi handphone itu sangat sangat penting untuk meningkatkan fokus dan lebih mindful. Eksperimen yang saya lakukan ketika mematikan notifikasi selama satu hari adalah penggunaan handphone saya bekurang hingga 16%.

 

 

 

Mematikan notifikasi handphone membuat saya tidak ingin membuka handphone dan lebih mindful ketika saya sedang ada dalam waktu jeda. Efeknya saya lebih tenang dan jauh dari rasa FOMO (fear of missing out).

 

 

Kesimpulannya, membuat margin dalam kehidupan adalah hal yang penting dan utama. Kita tidak bisa berharap untuk menjalani hidup kita di 120% ketika sebagai manusia kita hanya dapat melakukan di 100%.  Remember that human is a finite resource. We are not infinite.

 

Stop and take a breath. Jadikan membuat margin dan ruang dalam hidup sebagai pilihan utama kamu. Pilihan yang akan membawa kamu ke kesuksesan dan hidup yang lebih menyenangkan.

 

Selamat membuat ruang :)

 

 

@nadiazein

 

 

TOP VIDEO
#CeritaKejarMimpi Eps.1 Perkenalkan, Namaku Mimpi
#CeritaKejarMimpi Eps.2 Kenali Mimpi, Bangkit Lebih Tinggi
Maudy Ayunda - Generasi Produktif